Red Stars Flag 100% Polyester, Bright Colors
Jumat, 13 Agustus 2010
Mahasiswa Yahukimo Kaum Intelek.???
Atribut apa sih? Berikut ini, kompilasi atribut dan ciri-ciri mahasiswa yang saya rangkum dari berbagai sumber dan kebanyakan terlalu opinionated. Sumbernya? Tentu saja, rahasia. Yang pasti, kompilasi ini hanya membahas mahasiswa asal kabupaten Yahukimo. Kenapa demikian? Yah, karena saya mahasiswa Yahukimo. Sebelumnya, saya juga ingin sampaikan kalau atribut-atribut berikut ini hampir sebagian besar adalah stereotype, yaitu tidak semua kalangan mahasiswa bersikap demikian, namun, karakter dan sikap ini sudah melekat sebegitu kuat di demografi mahasiswa Yahukimo.
Ok, kita mulai.
Atribut 1: Mahasiswa adalah kaum intelek.
Atribut pertama ini adalah atribut yang paling terkenal. Atribut ini hampir mencakup semua atribut lain yang akan saya bahas. Di sini, mahasiswa kabupaten yahukimo digambarkan sebagai kaum intelek yang mana bercirikan “cara pikir dewasa, pergaulan luas, bersikap kritis, dan berwawasan jauh”
Setiap ayam pasti berasal dari telur. Begitu pula dengan “kaum intelek“. Kaum ini logikanya dihuni oleh pribadi-pribadi intelek. Namun, siapa sih sebenarnya yang mengesahkan bahwa “Ya, kamu intelek!” ? Jawabannya agak mengejutkan, karena ternyata, yang mengesahkan bahwa mahasiswa itu intelek adalah tidak lain dan tidak bukan: MAHASISWA YAHUKIMO itu sendiri!!
Aneh? Coba pikir. Mahasiswa itu asalnya dari mana sih? Dari anak SMA/SMK dan setaranya. Tapi kenapa ko jarang sekali ada ungkapan bahwa “Siswa SMA/SMK itu adalah perintis kaum intelek”? Tentunya ini tidak terlalu sulit untuk dijawab. Karena ternyata, tidaak semua siswa SMA/SMK itu intelek (memiliki cara pikir dewasa, pergaulan luas, bersikap kritis, dan berwawasan jauh). Malah, ada pendapat umum bahwa masa-masa SMA itu masa-masa indah, masa untuk main-main, masa untuk mencari identitas (sebuah euphemism untuk bilang klo hidup anak SMA itu penuh trial-and-error). Klo nyatanya demikian, trus darimana asalnya “kaum intelek” tadi?
Jawabannya lebih mengejutkan lagi: dari Jaket Almamater! Lho ko bisa? Apa bukan dari kenyataan bahwa seorang mahasiswa itu menimba ilmu lebih tinggi dari siswa-siswa lainnya, sehingga sebutannya aja ditingkatkan jadi superlatif dengan imbuhan maha- ? Bisa jadi sih, cuma klo dilihat-lihat, golongan mahasiswa yang benar-benar menimba ilmu dengan mengikuti kuliah, mengerjakan tugas, dan tidak mencontek itu jarang begitu menyebut diri mereka kaum intelek. Biasanya, sebutan ini malah sering dikumandangkan oleh mereka-mereka yang turun ke jalan, mengadakan aksi-demonstrasi, menuntut pemerintah agar tidak menzhalimi rakyat dll. Mereka yang jarang kelihatan di ruang kuliah inilah yang menyebut diri mereka kaum intelek. Kaum intelek dengan jubah agungnya. Jubah almamater.
Yah, begitu kira-kira laporan pengamatan dan opini saya mengenai mahasiswa Kabupaten yahukimo yang study di papua maupun luar papua. Kenapa tulisan ini saya buat? Karena saya sudah cukup alergi dengan stereotype mahasiswa Indonesia yang penuh dengan karakteristik superfisial (dan dengan penggunaan frase karakteristik superfisial ini, saya secara resmi memiliki Atribut No. 4) yang begitu tinggi dan penuh *maaf* kemunafikan.
Jadi, masih berani bilang mahasiswa itu kaum intelek?
“Kehadiran mahasiswa ditengah jurang kehancuran Negara”
Mahasiswa sebagai insane akademis, pencipta serta pengabdi masyarakat yang tentunya merupakan asset besar Negara dimasa depan pada era sekarang sepertinya telah kehilangan arah gerakan khusunya dalam menentukan orientasi sebagaimana hakikat yang seharusnya.
Hal ini sebenarnya bila kita teliti lebih jauh, mahasiswa di era sekarang sudah mulai melupakan tugas dan fungsinya. Belum lagi sibuknya serta kepadatan aktifitas akademik dimana hal ini selalu dijadikan alasan yang paling utama sehingga banyak hal penting yang juga harus menjadi prioritas lantas ditelantarkan.
Berbagai bentuk program perkaderan yang ada saat ini juga cenderung menilai perkaderan sebagai ajang formil yang perlu dilakukan sehingga penyampaian hal-hal yang bersifat idiologis serta hal yang bersifat lebih prinsip pun kemudian dilupakan.
Ketika mahasiswa dihadapkan pada suatu realitas, maka mahasiswa cenderung reaksioner tanpa mempertimbangkan berbagai aspek yang sebenarnya terlebih dahulu diutamakan.
Sikap pragmatis yang terus menerus menghinggapi perilaku mahasiswa masa kini juga terbukti bagaimana mahasiswa dalam hal ini belum bisa meletakkan posisinya pada hal yang ideal.
Personality mahasiswa di era sekarang juga masih jauh dari kemandirian dan kedewasaan dan terus semakin larut dengan masuknya berbagi bentuk budaya barat. Hal ini tentunya akan menjadi batu sandungan ketika mahasiswa dibenturkan dengan berbagai budaya tersebut, sehingga semangat dan jiwa nasionalisme mahasiswa sebagai pemuda bangsa semakin hari semakin terkikis.
Bebasnya bentuk pergaulan, tingginya angka penderita kecanduan akibat pemakian narkoba, merupakan berbagai indicator yang menyebabkan turunya kualitas kemandirian yang akhirnya akan menyebabkan kehancuran bagi pribadinya dan individunya masing-masing.
Maka sebenarnya bagaimana kehidupan dan aktifitas apa yang sebenarnya perlu dilakukan oleh para mahasiswa sehingga mahasiswa kembali kepada jalur dan koridor ideal sesuai dengan tugas, fungsi serta peranannya mengingat mahasiswa adalah insane akdemis yang merupakan abdi masyarakat dan Negara serta agamanya dan tidak boleh dilupakan bahwa mahasiswa adalah asset bangsa di kemudian hari????????
Kampus yang hari ini dikatakan sebagai salah satu wadah yang mencetak asset ataupun generasi penerus bangsa dan kampus dikenal sebagai lembaga akademik yang juga berperan dalam mencetak berbagai tenaga ahli serta orang-orang yang mengabdikan dirinya untuk masyarakat dilingkungannya, sekarang sudah jauh dari makna yang ada.
Mahasiswa hari ini sebenarnya harus kembali disadarkan akan berbagai peran dan fungsinya. Salah satu yang harus dipahami bahwa mahasiswa adalah pusat dinamisasi gerakan suatu Negara. Hal lain yaitu mahasiswa sebagai agen perubahan dan control sosial dimana mahasiswa memiliki kemampuan dengan kemampuan intelektual, berpikir cerdas, serta sigap dalam berbagai kondisi memang seharusnya diharapkan untuk dapat memberikan perubahan yang signifikan paling tidak pada lingkungan kampus dan lingkungan yang berada didekatnya.
Mahasiswa hari ini harus mampu menentukan orientasinya kedepan dengan berbagai pertimbangan tentunya serta mampu menyusun segala prioritas didalam setiap tindakan sehingga target serta visi yang diahrapkan dapat tercapai sesuai harapan. Hal ini tentunya bias dilakukan dengan tanpa mengesampingkan pola yang dilakukan juga sesuai dengan nilai-nilai yang tertanam pada falsafah Negara Indonesia.
Berbagai bentuk gerakan yang harus dilakukan oleh mahasiswa masa kini juga harus kembali pada hakikatnya yang mana ketika hari ini mahasiswa melakukan satu movement maka gerakan ini harus gerakan idiologis
By
RONALD KABAK
ANGGOTA BEM Mahasiswa
(STIP-AN)
Mahasiswa Kabuapten Yahukimo Pada Khususnya Wilayah ANGGRUK Adalah Sebuah Kesempatan Dan Jangan Disiasiakan Waktu
RONALD KABAK
Berbahagialah kawan-kawan, kita-kita yang Mahasiswa Kabupaten Yahukimo pada khususnya wilayah (tiga). karena banyak diluar sana sini yang tidak bisa bahkan bermimpi saja tidak dapat untuk menjadi Mahasiswa, mungkin sedikit lebay tapi ini yang ingin saya sampaikan sedikit bahwa menjadi Mahasiswa adalah sebuah kesempatan maka manfaatkanlah kesempatan ini dengan baik karena tidak akan dapat kita ulang kembali masa dimana kita masih bisa merasakan bangku kuliah, mengerjakan tugas, laporan, tugas praktikum, kuliah lapang dan semacamnya.
Jangan mengeluh, jangan patah arang, dan jangan mudah menyerah. Yakinkan pada diri kita bahwa dengan menjadi Mahasiswa bisa mendapat penghidupan yang lebih baik agar bisa menghidupi orang lain.
Ironis sekali ketika melihat Mahasiswa yang tidak memanfaatkan kesempatan ini (semoga kita tidak termasuk didalamnya) yang hanya leha-leha tidak karuan, tak perlu lah disebutkan satu-persatu rutinitasnya, yang jelas hanya have fun doank. Memang Mahasiswa tipe begitu adalah yang tipe beruang maksudnya berduit, tapi kembali lagi ke dianya, kebanyakan duit yang mereka punya plus fasilitas yang ada semua dari bonyok (bokap-nyokap = Ayah-Ibu) dan mereka tidak lah sadar bahwa seandainya itu semua habis atau ada suatu hal yang menyebabkan semua harta keluarganya ludez, apa yang akan mereka harapkan? Jika semuanya sudah tidak ada hanya penyesalan pada akhirnya.
Temana Masiswa atau Mahasiswi Anggruk Pernahkah Berpikir Demikian?
Boleh jadi Orang tua kita kaya dan status kita menjadi anak orang kaya, tapi itu semua milik dan perjuangan orang tua kita bukan kita yang mendapatkannya, bukan kita yang merasakan bagaimana sulitnya, susahnya mendapatkan uang hingga masuk dalam kategori kaya. Pernahkan terpikirkan??
Bila melihat itu semua tidaklah 100 % disalahkan Mahasiswa tipe seperti itu, bisa jadi masalah pergaulan, kebiasaan dalam keluarga, atau lainnya. Ya…. buat saya pribadi yang merupakan Mahasiswa pas-pasan (pas tidak punya uang y… pinjam, pas tidak kuat beli buku y… foto copy ha..ha..ha…) harus bisa tabah dan tetap semangat walau apa pun yang terjadi harus tetap semangat kuliah karena MAHASISWA adalah SEBUAH KESEMPATAN bagi Saya.
Seperti apa yang selalu Orang tua saya tanamkan pada diri Saya bahwasannya “Uang itu bisa dicari tinggal bagaimana kamu bersemangat atau tidak dalam berkuliah, walau hidup serba pas-pasan bila tetap semangat dan Allah masih ada jalan buat kamu”. Itu nasihat Ibu saat Saya utarakan mengenai mahalnya biaya pendidikan dan juga sebagai motivasi saya walau harus saya jalani dengan keadaan yang tidak MEWAH.
Seorang salah satu mahasiswa kabupaten yahukimo asal wilayah tiga distrik HERIAPINI yang mencari tentang makna hidup ini.
By: RONALD KABAK
Generasi Muda Kabupaten Yahukimo Daerah Wilayah Tiga Harus Diberdayakan
Pada tahun 2010 ini pemerintah harus melakukan pembinaan terhadap generasi muda kabupaten yahukimo, dimana salah satu program prioritas adalah melakukan pembinaan organisasi kepemudaan. Pembinaan tersebut sangat urgen, sebab kondisi zaman yang cukup banyak dipengaruhi oleh budaya yang sifatnya tidak memberikan pendidikan yang baik bagi generasi muda. “Tujuan pembinaan ini yaitu untuk mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan, sehingga generasi muda akan tetap eksis di tengah persaingan aman yang begitu keras.
Hal tersebut dapat memacu generasi muda untuk mampu melihat realita disekelilingnya dan menjauhkan mereka dari hal-hal negatif seperti narkoba, miras dan lain-lain. Menurutnya, pemuda adalah calon pemimpin bangsa, oleh karenanya pemuda senantiasa harus dapat mengembangkan dirinya terus menerus, supaya pada saatnya nanti bisa menjadi pemimpin yang diharapkan rakyat untuk memajukan kabupaten kami, yaitu kabupaten yahukimo. Sayangnya, selama ini pemberdayaan pemuda hanya menjadi wacana dan lips service yang dimainkan oleh para elite politik dan belum terlihat upaya nyata kearah pengembangan kapasitas kepemudaan.
Pemuda masa kini seperti kehilangan orientasi bahkan boleh dikatakan hampir melupakan orientasi. “Pemuda seperti kehilangan tujuan dan arah dalam hidup. Ini merupakan hal penting untuk diperhatikan oleh semua pihak. Tantangan zaman yang keras membutuhkan kesiapan diri pemuda dalam menentkan arah dan tujuan hidup yang jelas supaya kita tidak terseret arus globalisasi yang negatif,” .dan juga prihatin dengan kondisi kepemudaan dimana lebih banyak pemuda yang oportunis dan materialistis.
“Dapat dicontohkan dimana mahasiswa, kini lebih banyak mahasiswa yang kuliah untuk sekedar memperoleh gelar dan melupakan persoalan yang subtansial yakni mencari dan mengejar ilmu pengetahuan. Hal ini tentunya berimplikasi pada dilupakannya jati diri pemuda sebagai pejuang dan kader bangsa, bahwa selama ini kreatifitas pemuda lebih banyak dibatasi. Pemuda belum diberi ruang dan kesempatan yang lebih luas untuk mengekspresikan eksistensinya. “Dalam rangka meningkatkan kemampuan pemuda perlu ada upaya yang sinergis antara kemauan dari pemuda untuk mengembangkan dirinya serta kemauan positif dari para pimpinan bangsa. Tanpa itu sulit kiranya mengharapkan lahirnya pemimpin masa depan yang mumpuni berkarakter.
By: RONALD KABAK
Kamis, 12 Agustus 2010
EARL SIXTEEN - Reggae Sound
Engineer: Ernest Hoo Kim, Crucial Bunny, Sylvan Morris, Professor, Buddy Davidson, Christopher Daley & Scientist
Vocals: Earl Sixteen
Backing Band: The Roots Radics
Bass: Robbie Shakespeare, Flabba Holt & Bagga Walker
Drums: Ben Bow, Style Scott, Sly Dunbar & Horsemouth Wallace
Guitar: Sowell, Chinna, Ranchie, Dwight Pickney & Bingy Bunny
Keyboards: Steelie Johnson, Winston Wright, Gladstone Anderson, Pablove Black, Robert Lynn & Ansel Collins
Horns: Tommy McCook & Bobby Ellis
Percussions: Scully Simms
Studios Recording: King Tubby's (Kingston, JA), Channel One (Kingston, JA), Harry J (Kingston, JA), Aquarius (Kingston, JA) & Federal (Kingston, JA)
02 - Crisis
03 - Rise In The Morning
04 - Sailing
05 - When Will I Get Pay
06 - Jah Is The Master
07 - Mighty One
08 - Inheritance
09 - Good People
10 - Regage Rock
11 - Ginal Out There
12 - Monday Morning
Gerakan Rastafari telah menyebar di berbagai tempat did unia, terutama melalui imigrasi dan minatnya dilahirkan oleh musik Nyahbinghi dan reggae —khususnya musik Bob Marley, yang dibaptiskan dengan nama Berhane Selassie (Cahaya Tritunggal) oleh Gereja Ortodoks Ethiopia sebelum ia meninggal, sebuah langkah yang juga diambil belakangan oleh jandanya, Rita. Pada tahun 2000, ada lebih dari satu juta Rastafari di seluruh dunia. Sekitar 5-10% dari penduduk Jamaika mengidentifikasikan dirinya sebagai Rastafari. Kebanyakan kaum Rastafari vegetarian atau hanya memakan jenis-jenis daging tertentu. Di AS ada banyak sekali restoran vegetarian Hindia Barat, yang menyediakan makanan Jamaika.
berkembang di antara penduduk yang sangat miskin, yang merasa bahwa masyarakat tidak mau menolong mereka kecuali membuat mereka menjadi lebih menderita. Kaum Rasta memandang diri mereka sebagai penggenap suatu visi tentang bagaimana orang Afrika harus hidup. Meerka merebut kembali apa yang mereka anggap sebagai kebudayaan yang telah dicuri dari mereka ketika dibawa di kapal-kapal budak ke Jamaika, tempat lahir gerakan ini.
Doktrin Rastafari sangat berbeda dengan norma-norma pikiran dunia barat modern. Hal ini disengaja oleh kaum Rasta sendiri. Berbeda dengan banyak kelompok keagamaan modern dan Kristen yang cenderung menekankan konformitas dengan “kekuasaan yang ada”, Rastafari sebaliknya menekankan kesetiaan kepada konsep mereka tentang “Sion” dan penolakan masyarakat modern (“Babel”). “Babel” dalam hal ini dianggap memberontak terhadap “Penguasa Dunia Sejati” (YAH) sejak zaman Nimrod.
“Cara hidup ini” tidak sekadar diberikan makna intelektual, atau “keyakinan” seperti yang biasa diistilahkan. Ini adalah masalah mengetahui atau menemukan identitas sejati diri sendiri. Mengikut dan menyembah YAH Rastafari berarti menemukan, menyebarkan dan “menempuh” jalan di mana orang telah dilahirkan dengan sebenarnya.
Agama ini sulit dikategorikan, karena Rastafari bukanlah suatu organisasi yang tersentralisasi. Masing-masing Rastafari mencari kebenaran untuk dirinya sendiri, sehingga akibatnya terdapat berbagai keyakinan yang masuk ke bawah payung besar bernama Rastafari.
Afrosentrisme
Secara sosial, Rastafari adalah suatu tanggapan terhadap penyangkalan rasialis terhadap orang-orang kulit hitam sebagaimana yang dialami di Jamaika, ketika pada tahun 1930-an orang-orang kulit hitam berada pada tingkat tatanan sosial paling bawah, sementara orang-orang kulit putih dan agama mereka (umumnya Kristen) berada di paling atas. Anjuran Marcus Garvey agar orang-orang kulit hitam bangga akan diri mereka dan warnisan mereka mengilhami kaum Rasta untuk memeluk segala sesuatu yang bersifat Afrika. Mereka mengajarkan bahwa mereka dicuci otak ketika berada dalam tawanan untuk menyangkal segala sesuatu yang berkaitan dengan kulit hitam dan Afrika. Mereka membalikkan citra rasialis mereka dan menganggapnya primitif dan langsung dari hutan dan malah merangkulnya — meskipun itu berlawanan — dan menjadikan konsep-konsep ini sebagai bagian dari budaya Afrika yang mereka anggap telah dicuri dari mereka ketika mereka dibawa dari Afrika di kapal-kapal budak. Dekat dengan alam dan dengan savana Afrika serta singa-singanya, di dalam roh, kalau bukan secara badani, adalah gagasan sentral mereka tentang budaya Afrika.