berkembang di antara penduduk yang sangat miskin, yang merasa bahwa masyarakat tidak mau menolong mereka kecuali membuat mereka menjadi lebih menderita. Kaum Rasta memandang diri mereka sebagai penggenap suatu visi tentang bagaimana orang Afrika harus hidup. Meerka merebut kembali apa yang mereka anggap sebagai kebudayaan yang telah dicuri dari mereka ketika dibawa di kapal-kapal budak ke Jamaika, tempat lahir gerakan ini.
Doktrin Rastafari sangat berbeda dengan norma-norma pikiran dunia barat modern. Hal ini disengaja oleh kaum Rasta sendiri. Berbeda dengan banyak kelompok keagamaan modern dan Kristen yang cenderung menekankan konformitas dengan “kekuasaan yang ada”, Rastafari sebaliknya menekankan kesetiaan kepada konsep mereka tentang “Sion” dan penolakan masyarakat modern (“Babel”). “Babel” dalam hal ini dianggap memberontak terhadap “Penguasa Dunia Sejati” (YAH) sejak zaman Nimrod.
“Cara hidup ini” tidak sekadar diberikan makna intelektual, atau “keyakinan” seperti yang biasa diistilahkan. Ini adalah masalah mengetahui atau menemukan identitas sejati diri sendiri. Mengikut dan menyembah YAH Rastafari berarti menemukan, menyebarkan dan “menempuh” jalan di mana orang telah dilahirkan dengan sebenarnya.
Agama ini sulit dikategorikan, karena Rastafari bukanlah suatu organisasi yang tersentralisasi. Masing-masing Rastafari mencari kebenaran untuk dirinya sendiri, sehingga akibatnya terdapat berbagai keyakinan yang masuk ke bawah payung besar bernama Rastafari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ronald kabak